Tahun Baru Islam: Hijrahnya Nabi Muhammad Saw Bukan di Bulan Muharram - Fatshaf Moonlight

Tahun Baru Islam: Hijrahnya Nabi Muhammad Saw Bukan di Bulan Muharram

Hindari salah paham tentang sejarah tahun baru Islam, anggapan Muharram adalah bulan Hijrahnya Nabi. Sejarah asal mula Kalender Hijriyah umat Muslim.
        Momentum Tahun Baru Islam memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk merenung dan memperbarui tekad dalam menjalani hidup dengan mengikuti ajaran Rasulullah Nabi Muhammad Saw. Selain itu, merayakan Tahun Baru Islam juga menjadi momen untuk menghargai dan menghormati sejarah hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah, yang memiliki makna penting dalam perkembangan Islam. Namun, tidak sedikit yang salah paham dengan sejarah tahun baru Islam, menganggap karena tahun baru Hijrah jatuh pada tanggal 1 Muharram sehingga memahami bahwa Nabi Muhammad berhijrah pada bulan Muharram. Berdasarkan beberapa sumber sejarah valid, sesungguhnya tidak demikian. 

        Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang sejarah asal mula penentuan 1 Muharram dan Tahun Hijrah Rasulullah sebagai Tahun Baru Islam.

Kalender Masa Rasulullah Muhammad Saw

        Pada zaman Rasulullah Muhammad saw, sistem penanggalan sudah ada. Beliau menggunakan sistem kalender yang terdiri dari 12 bulan per tahun, dengan hari dan bulan yang berkesinambungan sehingga tidak ada pengulangan hari atau bulan dalam satu periode. Sistem kalender yang telah diterapkan ini memiliki landasan kuat dalam Al-quran, khususnya dalam Surat At-Taubah ayat 36-37, di mana Allah Swt menjelaskan mengenai hilal (bulan sabit) dan posisi bulan dalam pandangan Islam. Dalam ayat-ayat tersebut, Allah Swt dengan tegas memberikan petunjuk bahwa bulan itu terdiri dari 12 bulan, dan juga ada empat bulan yang dihormati secara khusus. Tidak diragukan lagi, umat Muslim seharusnya merujuk pada petunjuk langsung dari Allah Swt tersebut.

        Adapun penamaan nama-nama bulan dalam Kalender Hijriah bukanlah berasal dari wahyu, melainkan  sejak zaman Jahiliyah telah digunakan oleh bangsa Arab, seperti Sya'ban, Ramadhan, Syawal, dan lainnya. Oleh karena itu, sebelum Nabi lahir, orang-orang sudah mengenal nama-nama seperti Rabi' al-Awwal, Rabi' al-Tsani, Rajab, dan Dzul-Hijjah.Dengan demikian nama-nama ini telah ada dan digunakan oleh masyarakat Jahiliyah, bukan hanya khusus bagi umat Islam saja.

tahun baru islam 1445 H

Asal Mula Tahun Baru Islam: Menghargai Sejarah Hijrah       

        Sebuah langkah signifikan terjadi dalam penentuan Tahun Baru Islam yang diprakarsai oleh sahabat Rasulullah, Umar Bin Khattab r.a. saat menjadi Khalifah. Pada tahun ke-7 Masehi atau 17 tahun setelah peristiwa Hijrah Rasulullah, Khalifah Umar Bin Khattab r.a. mengusulkan pertemuan dengan sahabat yang lain untuk membahas masalah tarikh atau kalender. Berdasar pada kecemasan dan kebingungan dari seorang Gubernur Basrah Abu Musa Al-Asy’ari r.a. di Irak, di mana setiap surat yang diterima dari Khalifah Umar Bin Khattab r.a. tidak memiliki tanggal tahun pengiriman yang jelas. Tentu saja, ini menjadi masalah yang cukup serius ketika perlu mendokumentasikan surat-surat tersebut, sebab sulit membedakan mana surat yang baru dan mana surat telah lama. Kemungkinan terjadinya pergantian surat di waktu yang sama, tetapi dengan tahun yang berbeda, menyebabkan kebingungan dalam menentukan urutan surat yang diterima. 

        Khalifah Umar Bin Khattab r.a. lalu mengadakan pertemuan dengan para sahabat untuk membuat sebuah kalender lengkap agar tidak terjadi lagi kebingungan di antara gubernur-gubernurnya. Manfaat lainnya, kalender lengkap hari bulan tahun tentu saja akan sangat membantu kinerja para staf dan gubernur serta masyarakat umum. Pada pertemuan tersebut, mereka mengusulkan menggunakan sistem penanggalan pra-Islam yang sudah berlaku saat itu. Sistem ini mencakup tanggal dan bulan, tetapi tidak mencakup tahun. Sebagai penyempurnaan, mereka setuju untuk menambahkan tahun pada setiap bulan yang ada. 

        Setelah berdiskusi panjang dan mencapai kesepakatan mengenai pentingnya memiliki standarisasi penanggalan yang bermanfaat, para sahabat berbagi pendapat dalam menentukan tahun pertama dalam penanggalan mereka. Beberapa mengusulkan tahun pertama dimulai dari tahun kelahiran Rasulullah, sementara yang lain mengusulkan tahun wafatnya Rasulullah, atau tahun diangkatnya Nabi menjadi Rasul yang menandai turunnya wahyu pertama. Ada juga yang mengusulkan memulai tahun dari hijrah Nabi ke Madinah.

        Setelah mempertimbangkan opsi-opsi tersebut, Khalifah Umar Bin Khattab r.a. memutuskan untuk memulai tahun penanggalan dari tahun hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah, berdasarkan rekomendasi dari sayyidina Ali Bin Abi Thalib. Khalifah Umar Bin Khattab r.a. tidak memilih tahun kelahiran Nabi atau tahun diangkatnya menjadi Rasul sebagai awal penanggalan, karena tahun wafat Nabi dianggap menyimpan banyak kesedihan. Pemilihan tahun hijrah Nabi sebagai titik awal penanggalan dipilih karena selain waktu yang jelas, hijrah juga dianggap sebagai momen penting yang membedakan antara kebenaran dan kesesatan pada saat itu. Hijrah menjadi tonggak awal kejayaan umat Islam setelah sebelumnya hanya berdakwah secara rahasia. Karena itulah, penanggalan ini dikenal sebagai penanggalan Hijriyah, mengacu pada Hijrahnya Nabi Muhammad saw. 

        Pemilihan Tahun Hijrah Nabi sebagai Tahun 1 Hijriyah dikarenakan Tahun Hijrah adalah momen penting hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Mekah ke Madinah. Pada saat itu, terjadi transformasi eksistensi umat Muslim dari masa jahiliyah ke masa madaniyah. Hijrah dipilih sebagai momen yang lebih universal jika dibandingkan dengan kelahiran Rasulullah. Penetapan resmi terjadi 17 tahun setelah hijrah Rasulullah, tepatnya pada tahun 638 Masehi artinya bahwa hIjrah terjadi pada tahun 622 Masehi . Sejak saat itu, Kalender Islam mulai dikenal dan diakui sebagai sistem penanggalan yang digunakan oleh umat Islam. 

        Meskipun oleh bangsa Arab yang pada awalnya hanya mengenal at-Taqwim al-Qamari (Kalender Bulan), yang dinamakan Qamar (bulan) dikarenakan penghitungannya berdasarkan siklus bulan, namun seiring berjalannya waktu, kalender yang telah disempurnakan ini diadopsi oleh bangsa Arab selama berabad-abad dan berganti nama menjadi kalender Hijriyah, mengingat awalnya merujuk pada Hijrahnya Nabi Muhammad saw. 

        Sejak penetapan tersebut, tidak ada perubahan yang signifikan terjadi dalam sistem dan proses penanggalan. Komitmen untuk mempertahankan kesepakatan yang dibuat pada masa kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab r.a. tetap dijunjung tinggi.

Bulan Muharram Bukan Hari Hijrahnya Nabi Muhammad saw

        Diskusi tentang awal tahun  (tanggal 1 bulan pertama) dalam kalender Hijriyah terjadi setelah kesepakatan bahwa awal tahun dihitung sejak tahun Nabi Hijrah. Beberapa sahabat mengusulkan bulan Rabi' al Awwal  atau Rabiul Awal sebagai bulan pertama karena itu adalah bulan ketika Rasulullah hijrah. Namun, Khalifah Umar Bin Khattab r.a. memilih bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah. Keputusannya didasarkan pada rekomendasi dari Sayyidina Utsman r.a. 

        Khalifah Umar Bin Khattab r.a. memilih Muharram dengan alasan bahwa meskipun hijrah terjadi di bulan Rabi' al Awwal, namun peristiwa permulaan hijrah dimulai pada bulan Muharram. Khalifah Umar Bin Khattab r.a. menyatakan bahwa gagasan hijrah muncul setelah beberapa sahabat telah memberikan bai'at (sumpah setia) kepada Nabi, dan bai'at tersebut terjadi pada penghujung bulan Dzulhijjah. Semangat dari bai'at itulah yang memotivasi umat Muslim untuk berhijrah. Dan bulan yang datang setelah Dzul-Hijjah adalah bulan Muharram. Oleh karena itu, Khalifah Umar memilih Muharram sebagai bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah.

        Dalam pertemuan tersebut, Khalifah Umar bin Khattab r.a. juga mengundang Hurmuzan, seorang ahli tulisan (penanggalan) dari masyarakat Parsi. Beliau menyatakan bahwa mereka (orang-orang Parsi) memiliki sistem penanggalan yang disebut Maah Ruuz yang berarti hitungan bulan dan hari. Mereka berharap istilah tersebut menjadi "Muarrikh" (sejarah). Kemudian mereka memberikan nama "Tarikh". Inilah awal penamaan Tarikh sebagai sebutan untuk kalender Islam.

       Pembahasan penentuan waktu awal tahun dalam penanggalan (kalender) negara Islam atau penentuan tanggal 1, setelah kesepakatan untuk memulainya dari tahun Hijrah dan menetapkan bulan pertama sebagai Muharram. Para sahabat mulai menghitung waktu tersebut hingga akhir hayat Rasulullah saw. Ternyata, dari 1 Muharram tahun pertama Hijrah hingga wafatnya Rasulullah adalah sepuluh tahun dua bulan menurut Tahun Masehi. Jika dihitung secara tepat sesuai Maah Ruuz, masa hijrah Rasulullah adalah sembilan tahun, sebelas bulan, dan dua puluh satu hari.

Sejarah Hijrah Rasulullah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah

        Setelah kematian Abu Thalib dan meningkatnya perseteruan dengan orang-orang Quraisy di Makkah, Nabi Muhammad saw memutuskan untuk memerintahkan kaum Muslimin untuk melakukan hijrah ke Madinah. Di Madinah, beliau telah mendapatkan pengikut dari suku Aws dan Khazraj, dua suku yang berasal dari Yaman dan telah bermigrasi ke Madinah setelah bendungan Ma'rib di Yaman rusak. Ketika kedua suku itu tiba di Madinah, mereka menemukan bahwa kota tersebut telah didiami oleh suku-suku Yahudi.

        Pemimpin suku Quraisy sedang berdiskusi untuk merencanakan pembunuhan Nabi Muhammad saw di Darun Nadwah. Mereka sepakat untuk mengutus satu pemuda dari setiap kabilah untuk membunuh beliau dengan menggunakan pedang. Hal ini bertujuan agar semua kabilah bekerjasama dan Bani Hasyim tidak dapat melakukan serangan balasan serta harus membayar tebusan.

        Nabi Muhammad saw mengetahui rencana pembunuhan tersebut. Pada malam pertemuan para pemimpin suku Quraisy, beliau bersama dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq memulai hijrah mereka ke Madinah. Meskipun saat dalam perjalanan mereka dikejar oleh utusan-utusan terpercaya dari suku Quraisy, Nabi Muhammad saw akhirnya tiba di Madinah dengan selamat.

        Pada bulan September 622 Masehi, Nabi Muhammad saw membawa pengikutnya untuk hijrah ke Yatsrib, yang berjarak 320 kilometer (200 mil) di utara Mekkah. Yatsrib kemudian berganti nama menjadi Madinat an-Nabi, yang berarti "kota Nabi", tetapi seiring berjalannya waktu, kata "an-Nabi" dihilangkan dan hanya disebut Madinah, yang berarti "kota". Kota tempat tinggal Nabi Muhammad saw disebut Madinah, sementara wilayah sekitarnya disebut Yatsrib.

        Dalam perjalanan hijrah ini, terdapat beberapa catatan penting seperti:

  • Hari 1 hijrah, Kamis, 26 Safar SH 1 (17 Juni 622) -- Nabi Muhammad saw meninggalkan rumahnya di Mekkah dan tinggal selama tiga hari di Gua Tsur dekat Mekkah.
  • Hari 5 hijrah, Senin, 1 Rabiul Awal SH 1 (21 Juni 622) -- Nabi Muhammad saw meninggalkan Mekkah dan melakukan perjalanan menuju Madinah.
  • Hari 16 hijrah, Jumat, 12 Rabiul Awal SH 1 (2 Juli 622) -- Nabi Muhammad saw tiba di Masjid Quba dekat Madinah.
  • Hari 20 hijrah, Jumat, 16 Rabiul Awal SH 1 (6 Juli 622) -- Nabi Muhammad saw tiba di Madinah untuk melaksanakan shalat Jumat.
  • Hari 30 hijrah, Jumat, 26 Rabiul Awal SH 1 (16 Juli 622) -- Pindah dari Masjid Quba ke Madinah.

Urutan dan Nama-nama Bulan dalam Kalender Hijriyah

  1. Muharram, yang berarti "yang terlarang", dinamakan Muharram karena pada bulan ini seluruh bangsa Arab mengharamkan peperangan. Bulan ini dianggap sebagai waktu yang dihormati di mana tumpah darah dihindari. Aturan ini merupakan bagian dari tradisi yang telah berlaku sejak lama.
  2. Safar atau shafar memiliki arti "kosong". Bulan ini dinamakan shofar atau shifr karena pada bulan ini orang Arab mengosongkan rumah mereka saat berangkat ke medan perang.
  3. Rabiul Awal, atau Rabi' al-Awwal, sesuai dengan namanya yang berarti "musim semi".
  4. Rabiul Akhir, atau Rabi' al-Tsani, mengikuti bulan sebelumnya dan mengacu pada musim gugur yang masih berlangsung. Tsani berarti "kedua" dalam bahasa Arab.
  5. Jumadil Awal, yang pada masa Jahiliyah dikenal sebagai Jumada Khamsah. Nama Jumadil Awal berasal dari kata "Jamid" yang berarti "beku" atau "keras". Nama ini diberikan karena bulan ini merupakan musim panas yang begitu panas hingga air bisa membeku, menandakan kekeringan.
  6. Jumadil Akhir, juga dikenal sebagai Jumada al-Tsaniyah atau Jumada al-Akhirah, mengikuti bulan sebelumnya.
  7. Rajab, dalam tradisi Arab, merupakan bulan yang dianggap haram untuk berperang. Arti "Rajab" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang mulia". Nama ini menunjukkan penghormatan dan pemuliaan terhadap diri sendiri dan orang lain dengan tidak berbuat kekerasan. Ada yang juga mengatakan bahwa "Rajab" berarti melepas mata pisau dari tombak sebagai simbol berakhirnya perang.
  8. Sya'ban, berasal dari kata "Syi'b" yang berarti "kelompok". Dinamakan Sya'ban karena pada bulan Sya'ban, orang-orang Arab kembali ke kelompok (suku) masing-masing dan bersiap-siap untuk berperang setelah sebelumnya di bulan Rajab mereka hanya tinggal di rumah masing-masing.
  9. Ramadhan, berasal dari kata "Ramadh" yang memiliki arti "panas yang menyengat" atau "membakar". Nama bulan ini diberikan karena matahari pada bulan ini lebih terik dibandingkan bulan-bulan lainnya, menghasilkan panas yang lebih tinggi.
  10. Syawal, dinamakan demikian karena bangsa Arab mengenal jenis burung "an-Nauq" yang pada bulan ini mengangkat sayap dan ekornya sehingga terlihat kurus. Mengangkat sayap atau ekor dalam bahasa Arab disebut "Syaala", yang menjadi asal kata dari nama bulan Syawal.
  11. Zulkaidah, dinamakan demikian karena berasal dari kata "qa'ada" yang berarti "duduk" atau "beristirahat". Bulan ini dinamakan sesuai dengan kebiasaan orang-orang Arab sedang beristirahat dan tidak melakukan aktivitas perang, sebagai persiapan menyambut bulan Zulhijjah yang diharamkan untuk berperang.
  12. Zulhijah atau Dzulhijjah, karena bulan ini merupakan waktu orang-orang melakukan ibadah haji di Mekkah. Sejak sebelum Islam datang, bangsa Arab telah memiliki kebiasaan pergi haji dan melakukan thawaf di Ka'bah.

Kesimpulan

        Kalender Hijriyah atau Tarikh Hijriyah kaum muslim adalah produk politik yang dikeluarkan masa kepemimpinan Sayyidina Umar bin Khattab r.a. menjabat Khalifah, sebagai jawaban atas kecemasan Gubernur Basrah. Penentuan Tahun sesuai dengan rekomendasi dari Sayyidina Ali Bin Abi Thalib r. a. dan penentuan Bulan yang diawali dari bulan Muharram mengikuti saran dari Sayyidina Usman Bin Affan r.a. Disebut sebagai produk politik karena motivasi terbentuknya penanggalan (kalender) Hijriyah tersebut guna kelancaran sistem kenegaraan ketika itu. 

        Penggunaan kalender Hijriyah yang berakar dari ajaran Allah Swt melalui Rasulullah saw adalah sebuah manifestasi dari kebijakan-Nya untuk mempermudah bagi umat Muslim dalam menjalankan ibadah mereka. Kalender ini mempertahankan jadwal ibadah dan perayaan, termasuk Tahun Baru Islam, yang dirayakan setiap tahun dengan penuh sukacita.

        Dengan mematuhi dan mengikuti kalender Islam, kita dapat memahami dan mengapresiasi sistem penanggalan yang bijaksana yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW . Ini juga memungkinkan umat Muslim untuk menjaga kohesi umat dan merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah mereka dengan kesatuan dan kebersamaan.

        Demikianlah penjelasan mengenai "Tahun Baru Islam: Hijrahnya Nabi Muhammad Saw Bukan di Bulan Muharram" semoga tercerahkan. Hindari salah paham tentang sejarah tahun baru Islam, anggapan Muharram adalah bulan Hijrahnya Nabi. Sejarah asal mula Kalender Hijriyah umat Muslim.

Referensi 

  • Khaththab, Mahmud Syait (2019). Rasulullah Sang Panglima: Meneladani Strategi dan Kepemimpinan Nabi dalam Berperang. Sukoharjo: Pustaka Arafah. ISBN 978-602-6337-06-1
  • Ahmad Zarkasih, Lc (2020) , Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi, Jakarta Selatan : Rumah Fiqih Publishing


A mom of "Triple-A", enthusiastic for sharing knowledge, feeling, and a passion to create in the Dark Side Office

Post a Comment

Silahkan tambahkan komentar sesuai dengan topik, komentar yang disertai link akan dihapus.Terimakasih
Post a Comment
© Fatshaf Moonlight. All rights reserved. Developed by Jago Desain