Waspada Stroke di Usia Muda, Gejalanya Saat Bangun Tidur - Fatshaf Moonlight

Waspada Stroke di Usia Muda, Gejalanya Saat Bangun Tidur

Stroke di usia muda. Stroke adalah kondisi medis yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu, dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

        Apakah Anda pernah mendengar tentang stroke? Biasanya, kita menganggap stroke sebagai penyakit yang umum terjadi pada orang tua. Namun, tahukah Anda bahwa stroke juga dapat terjadi pada usia muda? Ya, stroke tidak mengenal usia, dan bisa menyerang siapa saja, termasuk mereka yang masih muda.

Apa itu Stroke?

        Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang stroke di usia muda, mari kita pahami terlebih dahulu apa itu stroke. Stroke adalah kondisi medis yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu, dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak atau penyumbatan pembuluh darah oleh bekuan darah sehingga mengakibatkan sel-sel otak kekurangan nutrisi dan oksigen yang penting. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak dan mempengaruhi berbagai fungsi tubuh.

Stroke di Usia Muda

        Meskipun stroke lebih umum terjadi pada orang tua, kasus stroke di usia muda semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut penelitian, sekitar 10% dari semua kasus stroke terjadi pada orang di bawah usia 45 tahun. Faktor-faktor seperti gaya hidup yang tidak sehat, stres, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko stroke pada usia muda.

stroke di usia muda

Gejala Stroke Saat Bangun Pagi

        Salah satu hal menarik yang perlu diperhatikan adalah gejala stroke yang muncul saat bangun tidur di pagi hari. Pada beberapa kasus stroke di usia muda, gejala seringkali muncul ketika seseorang baru saja bangun tidur. Beberapa gejala yang mungkin Anda alami adalah:

  1. Kesulitan berbicara atau bicara tidak jelas.
  2. Kesulitan menggerakkan satu sisi tubuh atau kesemutan pada satu sisi tubuh.
  3. Kehilangan keseimbangan atau merasa pusing.
  4. Kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata.
  5. Sakit kepala hebat yang tiba-tiba.

        Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala seperti ini, segera cari bantuan medis darurat. Waktu sangat penting dalam penanganan stroke, dan tindakan cepat dapat meminimalkan kerusakan otak.

Pencegahan dan Pengobatan Stroke di Usia Muda

        Meskipun stroke di usia muda dapat terjadi dengan tiba-tiba, ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk mencegahnya. Pertama, penting untuk menjaga gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan menghindari kebiasaan merokok. Selain itu, penting juga untuk memantau tekanan darah dan kadar gula darah, terutama jika memiliki riwayat keluarga dengan masalah tersebut.

        Jika Anda telah didiagnosis dengan stroke di usia muda, pengobatan dan pemulihan dapat melibatkan berbagai metode seperti terapi fisik, terapi bicara, dan penggunaan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter. Dalam beberapa kasus yang lebih parah, intervensi bedah mungkin diperlukan.

        Baca Juga : Dopamin Detox: 101 Pertanyaan dan Jawaban Part 1

Kasus Terbaru Stroke di Usia Muda dan Pengobatannya

        Seorang pria berusia 33 tahun bernama Alex McKeown membagikan pengalaman pribadinya tentang mengalami stroke. Ia menjelaskan bahwa gejala yang ia alami cenderung muncul pada pagi hari dan sering kali ia abaikan.

        Alex, yang tinggal di Chicago, AS, mengatakan bahwa saat bangun tidur di pagi hari, ia merasa lelah. Meskipun begitu, ia tetap memutuskan untuk melanjutkan aktivitasnya, termasuk mengikuti kelas olahraga, agar tidak melewatkan kelas dan menghindari biaya ketidakhadiran.

Ketika mengikuti kelas olahraga, Alex mengalami kehilangan keseimbangan saat mengangkat beban. Staf kelas olahraga memberikannya air dan jus jeruk karena Alex mengeluh merasakan pusing. Awalnya, ia berpikir bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh dehidrasi. Namun, kondisinya tidak membaik dan akhirnya membuatnya terjatuh di lantai.

        Para staf kelas segera memanggil ambulans untuk membawa Alex ke rumah sakit untuk perawatan intensif. Alex mengungkapkan bahwa saat paramedis tiba, ia tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan. Ia sangat bersyukur karena ada dua wanita di sekitarnya, yaitu instruktur kebugaran dan karyawan lainnya, yang terus memperhatikannya dan akhirnya menelepon nomor darurat.

        Setelah diperiksa oleh dokter, diketahui bahwa Alex mengalami pembengkakan pada salah satu arterinya yang disebut aortic aneurysm. Kondisi ini meningkatkan risiko pembentukan plak yang dapat merusak arteri dan menyebabkan penyumbatan yang dapat memicu stroke.

        Stroke terjadi ketika terjadi penyumbatan pada arteri yang memasok darah ke otak, yang mengakibatkan sel-sel otak kekurangan nutrisi dan oksigen yang penting, dan akhirnya mati dengan cepat. Biasanya, stroke jarang terjadi pada orang dewasa muda, hanya sekitar 10-15% kasus stroke terjadi pada orang di bawah usia 45 tahun, dengan risiko yang lebih tinggi pada orang di atas usia 65 tahun.

        Alex mengungkapkan rasa takjubnya mendapatkan diagnosis tersebut pada usia 33 tahun, karena hal tersebut bertentangan dengan kepercayaan umum. Selama pemeriksaan, dokter menemukan adanya gumpalan darah yang cukup besar di arteri karotisnya, yang mengalir melalui lehernya dan memasok darah ke wajah dan otak, serta di arteri serebral tengah di belakang matanya. Dokter memberikan obat yang disebut tenecteplase untuk membantu melarutkan gumpalan darah tersebut.

        Selain itu, dilakukan juga trombektomi, yaitu tindakan operasi di mana dokter memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah di area selangkangan dan mengarahkannya ke gumpalan darah. Gumpalan darah kemudian ditarik keluar menggunakan penyedotan untuk membersihkan arteri dan mengembalikan aliran darah normal.

        Dr. Ali Shaibani, kepala ahli saraf radiologi di Northwestern Medicine di Chicago, menyatakan bahwa kasus Alex merupakan kasus luar biasa karena biasanya stroke jarang terjadi pada kelompok usia seperti yang dialami oleh Alex. Pada saat terjadi stroke, setiap menitnya bisa menyebabkan hilangnya sekitar 1,9 juta sel otak, sehingga membutuhkan tindakan cepat untuk membersihkan bekuan darah besar yang menyumbat arteri.

        Berkat penanganan yang cepat setelah kejadian tersebut, Alex telah pulih sepenuhnya dan tidak mengalami kerusakan jangka panjang. Namun, dia harus menjalani perawatan lanjutan selama beberapa bulan berikutnya untuk memperbaiki aneurisma aorta dan mencegah potensi masalah di masa depan.

Tes Diagnosis Stroke

        Dalam proses diagnosis stroke, tenaga medis akan melakukan berbagai tes untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang kondisi pasien. Berikut adalah beberapa tes yang mungkin dilakukan di rumah sakit:

1. Pemeriksaan fisik

        Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk mendengarkan detak jantung dan memeriksa tekanan darah. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mendapatkan informasi awal tentang kondisi kesehatan pasien.

2. Pemeriksaan neurologi

        Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah stroke telah memengaruhi sistem saraf. Dokter akan memeriksa refleks, kekuatan otot, koordinasi gerakan, dan fungsi saraf lainnya untuk menentukan dampak stroke pada otak dan sistem saraf.

3. Tes darah

        Tes darah dilakukan untuk melihat seberapa cepat darah menggumpal atau kadar gula darah pasien. Hasil tes darah ini dapat memberikan informasi penting tentang faktor risiko dan kondisi medis yang mungkin mempengaruhi stroke.

4. CT Scan (Computed Tomography)

        Tes ini menggunakan sinar-X untuk membuat gambaran pendarahan di otak, stroke, tumor, atau kondisi lainnya. CT scan dapat memberikan informasi cepat dan akurat tentang kerusakan otak yang terjadi akibat stroke.

5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

        Tes ini menggunakan gelombang radio dan medan magnet untuk menghasilkan gambaran mendetail otak. MRI dapat membantu mendeteksi pembuluh darah yang rusak dan mengidentifikasi area otak yang terkena dampak stroke.

6. USG karotis

        Tes ini dilakukan untuk melihat gambaran detail bagian dalam arteri karotis di leher. Tes ini juga dapat menunjukkan adanya penumpukan timbunan lemak (plak) dan mengukur aliran darah pada arteri karotis. Informasi ini penting untuk menentukan risiko stroke lebih lanjut.

7. Angiogram serebral

        Tes ini lebih jarang dilakukan dan melibatkan penggunaan kateter yang dimasukkan melalui sayatan kecil di selangkangan. Kateter akan diarahkan ke arteri karotis atau vertebral untuk memberikan gambaran rinci mengenai kondisi arteri di otak dan leher.

8. Ekokardiogram

        Tes ini digunakan untuk mencari sumber gumpalan darah di jantung yang mungkin telah berpindah ke otak dan menyebabkan stroke. Ekokardiogram dapat memberikan informasi tentang kondisi jantung pasien dan membantu dalam perencanaan pengobatan.

        Dengan melakukan berbagai tes ini, tenaga medis dapat membuat diagnosis yang akurat dan merencanakan pengobatan yang tepat untuk pasien yang mengalami stroke.

Kesimpulan

        Stroke di usia muda bukanlah hal yang biasa, tetapi risikonya nyata. Penting untuk mengenali gejala-gejala stroke dan mengambil tindakan cepat jika kita atau orang terdekat mengalaminya. Dengan menerapkan gaya hidup sehat dan menjaga kesehatan secara keseluruhan, kita dapat mengurangi risiko stroke di usia muda.

        Jadi, jangan anggap enteng gejala yang muncul saat bangun tidur di pagi hari. Jaga kesehatan Anda dengan baik dan konsultasikan dengan dokter jika perlu. Tetap sehat dan waspada!

Sumber lain : Daily Mail
A mom of "Triple-A", enthusiastic for sharing knowledge, feeling, and a passion to create in the Dark Side Office

Post a Comment

Silahkan tambahkan komentar sesuai dengan topik, komentar yang disertai link akan dihapus.Terimakasih
Post a Comment
© Fatshaf Moonlight. All rights reserved. Developed by Jago Desain