Darimana Asal Bulan? Menjelajahi Teori Pembentukan Bulan - Fatshaf Moonlight

Darimana Asal Bulan? Menjelajahi Teori Pembentukan Bulan

Beberapa teori yang paling diterima secara luas mengenai asal-usul Bulan, teori pembentukan Bulan, tabrakan besar, pembentukan bulan menurut Al-Quran
        Bulan telah menjadi objek yang menarik minat manusia sejak zaman kuno. Namun, asal-usul Bulan masih merupakan misteri yang belum sepenuhnya terpecahkan. Sebagai objek terbesar dan paling akrab di langit malam, Bulan telah menyihir para pengamat sejak zaman manusia purba, jutaan tahun yang lalu. Dalam budaya banyak kebudayaan, Bulan dianggap sebagai dewa yang memiliki keindahan puitis, sihir dan kekuatan yang mempesona. Kisah-kisah tentang peran Bulan dalam mengubah manusia menjadi manusia serigala dan makhluk buas lainnya juga telah menjadi cerita yang diceritakan dan dipercaya oleh banyak orang.

bulan luar angkasa

        Para ilmuwan telah melakukan perjalanan ke Bulan melalui program Artemis NASA, berjalan di permukaannya, dan berencana untuk kembali pada tahun 2025, asal-usul Bulan masih merupakan misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya. Meskipun NASA telah mempelajari batuan Bulan dan interaksinya dengan pasang surut, teori-teori yang ada tentang pembentukan Bulan masih menjadi misteri. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa teori yang paling diterima secara luas mengenai asal-usul Bulan, teori pembentukan Bulan, tabrakan besar, pembentukan bulan menurut Al-Quran dan eksplorasi Bulan. Inilah beberapa teori mengenai dari mana asal bulan :

Coaccretion: Pembentukan Bulan dan Bumi Secara Bersamaan

        Coaccreation atau coakresi merupakan salah satu dari tiga set ide yang menjelaskan bagaimana Bulan terbentuk. Teori ini menyatakan bahwa Bulan dan Bumi terbentuk pada saat yang sama dari piringan akresi primordial — aliran gas, plasma, debu, atau partikel mirip piringan di sekitar objek astronomi yang perlahan-lahan runtuh ke dalam. Teori ini membantu menjelaskan adanya kesamaan geologis antara Bumi dan Bulan.

        Menurut teori Coaccreation, gas dari awan mengembun menjadi material dan puing-puing yang ditarik dan melekat pada salah satu dari benda-benda ini. Secara kebetulan, Bumi menarik lebih banyak material dan meningkatkan massa-nya. Diantara kedua objek tersebut, Bumi memiliki massa yang cukup besar sehingga mampu menghasilkan gaya tarikan gravitasi yang dominan. Akibatnya, Bulan mulai mengorbit Bumi..

        Namun, beberapa kritikus mengemukakan bahwa model ini tidak mampu menjelaskan momentum sudut Bulan ketika mengorbit Bumi. Momentum sudut adalah sifat suatu objek yang berputar mengelilingi sumbu, dan sifat ini akan terjaga kecuali ada gaya eksternal yang mempengaruhinya. Pada kasus Bulan, momentum sudutnya tidak cukup dijelaskan hanya dengan teori Coaccreation.

        Untuk mengatasi kritik ini, para ilmuwan telah mengusulkan modifikasi pada teori Coaccreation. Salah satu modifikasi mengusulkan bahwa peristiwa berikutnya, seperti tumbukan raksasa, dapat mengubah momentum sudut Bulan setelah terbentuk. Modifikasi teori Coaccreation ini, yang dikenal sebagai coakresi dengan peristiwa tambahan, bertujuan untuk menjelaskan momentum sudut Bulan yang diamati.

        Selain itu, simulasi komputer telah dilakukan untuk mempelajari dinamika coakresi dan implikasinya terhadap pembentukan sistem Bumi-Bulan. Simulasi ini membantu para ilmuwan memahami proses yang terlibat dalam teori coakresi dan memberikan wawasan tentang pembentukan Bulan.

        Kesimpulannya, teori coakresi menyiratkan bahwa Bulan dan Bumi terbentuk secara bersamaan dari piringan akresi primordial. Meskipun teori ini menjelaskan kesamaan geologis antara kedua benda tersebut, namun kurang mampu menjelaskan momentum sudut Bulan. Modifikasi pada teori coakresi, seperti memasukkan peristiwa berikutnya seperti tumbukan raksasa, telah diusulkan untuk mengatasi keterbatasan ini. Simulasi komputer juga berkontribusi pada pemahaman kita tentang proses coakresi dan pembentukan sistem Bumi-Bulan.

Teori Tabrakan Besar (Giant Impact)

        Teori tabrakan besar (giant impact) adalah teori yang paling diterima secara luas tentang pembentukan Bulan. Menurut teori ini, sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, Bumi mengalami tabrakan dengan protoplanet yang seukuran dengan Mars. Tabrakan ini menghasilkan material yang kemudian membentuk Bulan. 

        Teori Giant Impact adalah teori yang secara luas diterima tentang asal usul Bulan. Teori ini menyatakan bahwa Bulan terbentuk sebagai hasil dari tumbukan besar antara Bumi awal dan sebuah objek yang seukuran dengan planet Mars yang disebut Theia. Dalam penjelasan ini, saya akan membaginya menjadi tiga bagian: mengapa teori ini diterima secara luas, proses tumbukan yang terjadi, dan bukti-bukti yang mendukung teori ini.

Mengapa teori Giant Impact diterima secara luas? 

        Salah satu alasan utama adalah bahwa teori ini mampu menjelaskan beberapa fenomena yang diamati tentang Bulan. Misalnya, Bulan memiliki komposisi yang mirip dengan Bumi, dengan kandungan unsur-unsur seperti oksigen, silikon, magnesium, dan besi yang serupa. Hal ini konsisten dengan teori Giant Impact yang menyatakan bahwa Materi dari Bumi dan Theia saling bergabung setelah tumbukan tersebut, membentuk Bulan dengan komposisi yang mirip dengan Bumi.

        Teori Giant Impact  juga menjelaskan mengapa Bulan hampir tidak memiliki besi. Pada saat tumbukan tersebut terjadi, suhu yang sangat tinggi akan melelehkan materi yang terlibat, dan besi yang lebih berat akan tenggelam ke inti Bumi awal, sementara materi yang lebih ringan akan membentuk Bulan. Oleh karena itu, Bulan memiliki sedikit besi dibandingkan dengan Bumi.

Proses terjadinya tabrakan atau tumbukan

        Menurut teori Giant Impact, tumbukan antara Bumi dan Theia terjadi sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, pada tahap awal pembentukan Tata Surya. Tumbukan ini sangat kuat sehingga mengakibatkan melelehnya sebagian besar materi yang terlibat. Materi yang meleleh kemudian membentuk cincin materi di sekitar Bumi, yang akhirnya berkumpul dan membentuk Bulan.

        Proses ini didukung oleh simulasi komputer yang memodelkan tumbukan antara Bumi dan Theia. Simulasi ini menunjukkan bahwa setelah tumbukan, materi yang meleleh akan berkumpul dan membentuk Bulan dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, simulasi ini juga menjelaskan mengapa Bulan mengorbit Bumi dalam orbit yang hampir datar, karena tumbukan tersebut akan memberikan momentum yang tepat untuk membentuk orbit seperti itu.

Bukti pendukung teori Giant Impact

        Salah satu bukti utama adalah sampel batuan Bulan yang dikumpulkan oleh misi Apollo. Analisis terhadap sampel ini menunjukkan adanya komposisi yang mirip dengan Bumi, mendukung ide bahwa Bulan terbentuk dari materi Bumi setelah tumbukan tersebut.

        Bukti lainnya adalah adanya perbedaan isotopik antara sampel batuan Bumi dan sampel batuan Bulan. Isotop-isotop ini memiliki perbedaan dalam jumlah neutron di intinya. Analisis isotopik menunjukkan bahwa sampel batuan Bulan memiliki perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan sampel batuan Bumi, yang konsisten dengan ide bahwa Bulan terbentuk dari materi Theia yang berbeda.

        Baca Juga : Menggali Inspirasi: Strategi Stimulus Imajinasi untuk Cerpen dan Novel

Alternatif Teori Pembentukan Bulan

        Selain teori tabrakan besar, ada beberapa alternatif teori pembentukan Bulan yang perlu dipertimbangkan. 

1. Teori Fisi (Fission Theory):

        Teori Fisi mengusulkan bahwa Bulan terbentuk melalui proses fisi dari Bumi awal. Menurut teori ini, Bumi yang awalnya berputar dengan cepat mengalami pemisahan akibat rotasi yang sangat cepat. Akibatnya, sebagian besar materi yang terlempar membentuk Bulan.

        Proses fisi ini terjadi ketika Bumi berada dalam tahap awal pembentukan Tata Surya. Bumi yang masih dalam keadaan cair dan berputar dengan cepat mulai mengalami deformasi gravitasi. Deformasi ini menyebabkan Bumi terbagi menjadi dua bagian yang terpisah, yang kemudian membentuk Bumi dan Bulan.

        Namun, teori ini memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah bahwa teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa Bulan memiliki komposisi yang mirip dengan Bumi. Jika Bulan terbentuk melalui proses fisi, kita akan mengharapkan perbedaan komposisi yang signifikan antara Bumi dan Bulan.

2. Teori Akresi (Accretion Theory):

        Teori Akresi adalah teori yang paling diterima tentang asal usul Bulan saat ini. Menurut teori ini, Bulan terbentuk melalui proses akresi, di mana materi dari cincin materi di sekitar Bumi awal berkumpul dan membentuk Bulan.

        Proses akresi dimulai ketika Bumi awal terbentuk dan menarik materi kepadanya melalui gaya gravitasi. Materi ini terdiri dari puing-puing planetesimal, yang merupakan benda-benda kecil yang terbentuk selama pembentukan Tata Surya. Materi ini bertabrakan dengan Bumi dan akhirnya membentuk cincin materi di sekitar Bumi tersebut.

        Seiring berjalannya waktu, materi dalam cincin tersebut mulai saling bertabrakan dan bergabung membentuk Bulan. Proses ini membutuhkan jutaan tahun untuk terjadi dan melibatkan banyak tumbukan dan penggabungan materi. Akhirnya, Bulan terbentuk dengan komposisi yang mirip dengan Bumi.

        Teori Akresi memiliki kelebihan karena dapat menjelaskan mengapa Bulan memiliki komposisi yang mirip dengan Bumi. Selain itu, teori ini juga konsisten dengan bukti-bukti seperti analisis isotopik pada sampel batuan Bulan yang menunjukkan kemiripan dengan Bumi.

3. Teori Tangkapan (Capture Theory):

        Teori Tangkapan mengusulkan bahwa Bulan terbentuk secara terpisah dari Bumi dan kemudian ditangkap oleh gravitasi Bumi. Menurut teori ini, Bulan awalnya terbentuk di tempat lain dalam Tata Surya dan kemudian tertarik oleh gravitasi Bumi.

        Proses ini terjadi ketika Bulan yang terbentuk di lokasi lain dalam Tata Surya mendekati Bumi. Gravitasi Bumi menarik Bulan dan mengubah orbitnya sehingga Bulan menjadi satelit Bumi. Bulan kemudian tetap berada dalam orbit stabil di sekitar Bumi.

        Namun, teori ini memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah bahwa teori ini sulit menjelaskan mengapa Bulan memiliki komposisi yang mirip dengan Bumi. Jika Bulan terbentuk di tempat yang berbeda, kita akan mengharapkan perbedaan komposisi yang signifikan antara Bumi dan Bulan.

Asal Usul Bulan Menurut Al-Quran 

        Berdasarkan buku 'Sains Dalam Alquran' karya Nadiah Thayyarah, penelitian telah menunjukkan bahwa Bulan terbentuk sekitar 4,6 juta tahun yang lalu. Selama tahap pembentukannya, Bulan mengalami serangkaian tumbukan dari meteor dan meteorit. Kondisi panas yang ada pada permukaan Bulan saat itu menyebabkan terjadinya peleburan yang sangat hebat.

        Akibatnya, terbentuklah lubang-lubang besar yang dikenal sebagai 'Maria' dan gunung-gunung tinggi dengan kawah yang disebut 'Craters'. Kemudian, kawah-kawah ini memuntahkan material dalam jumlah yang besar dan mengisi lubang-lubang besar tersebut. Gunung-gunung di Bulan menjadi tidak aktif dan aliran material berhenti. Dengan demikian, Bulan menjadi mati.

        Sebelum manusia mengetahui bahwa Bulan pada awalnya bersinar kemudian mati, Al-Quran yang diturunkan sekitar 14 abad yang lalu telah mengungkapkan hal ini. Seperti yang dinyatakan dalam         Surah Al Isra Ayat 12:

وَجَعَلْنَا الَّيْلَ وَالنَّهَارَ اٰيَتَيْنِ فَمَحَوْنَآ اٰيَةَ الَّيْلِ وَجَعَلْنَآ اٰيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِّتَبْتَغُوْا فَضْلًا مِّنْ رَّبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنٰهُ تَفْصِيْلًا

"Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas." (QS Al Isra: 12).

        Ayat ini menunjukkan adanya penemuan ilmiah yang baru diketahui pada abad ke-20, yaitu bahwa pada awalnya Bulan adalah sebuah planet yang memancarkan cahaya. Dalam buku 'Sains Dalam Alquran' juga disebutkan bahwa penelitian astronomi telah membuktikan bahwa Bulan terus menjauh dari Bumi.

        Para ahli astronomi menyatakan bahwa Bulan yang berjarak 300 ribu kilometer dari Bumi terus menjauh sejauh 3 cm per tahun. Pada suatu waktu di masa depan, gerakan menjauh ini akan menyebabkan Bulan memasuki wilayah yang terpengaruh oleh medan gravitasi Matahari. Akibatnya, Bulan akan mengalami kehancuran dan meledak di permukaan Matahari.

        Fenomena ini sesuai dengan ayat Al-Quran yang menyatakan:

وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُۙ

"Dan matahari dan bulan dikumpulkan." (QS Al Qiyamah: 9).

        Melalui ayat tersebut, Al-Quran telah mengungkapkan fenomena ilmiah yang menunjukkan bahwa suatu saat nanti Matahari dan Bulan akan mengalami peristiwa yang mengubah keadaannya.

Penemuan dan Eksplorasi Bulan

        Sejak zaman kuno, manusia telah mengamati Bulan dan mencoba memahami asal-usulnya. Artikel ini akan mengeksplorasi perkembangan penemuan Bulan sejak zaman kuno hingga misi Apollo. Penemuan dan eksplorasi Bulan telah menjadi pencapaian penting dalam sejarah penjelajahan manusia di luar angkasa. Pada awalnya, manusia hanya bisa melihat Bulan dari Bumi dengan mata telanjang. Namun, dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan kita tentang alam semesta, kita telah mampu menjelajahi Bulan dengan lebih mendalam.

        Penemuan Bulan dimulai sejak zaman kuno. Suku-suku kuno seperti Sumeria, Mesir, dan Cina telah mencatat pengamatan mereka tentang Bulan. Mereka mengembangkan kalender berdasarkan siklus Bulan dan memahami bahwa Bulan mengalami fase yang berbeda selama satu bulan penuh. Namun, pemahaman kita tentang Bulan terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

        Pada abad ke-17, penemuan teleskop oleh Galileo Galilei membuka pintu bagi pengamatan yang lebih rinci tentang Bulan. Galileo menggunakan teleskopnya untuk mengamati kawah, pegunungan, dan dataran di permukaan Bulan. Pengamatan ini membantunya menunjukkan bahwa Bulan bukanlah benda sempurna dan halus seperti yang dipercaya sebelumnya, tetapi memiliki fitur-fitur yang mirip dengan permukaan Bumi.

        Pada abad ke-20, eksplorasi Bulan mencapai puncaknya dengan misi Apollo yang diluncurkan oleh NASA. Pada 20 Juli 1969, misi Apollo 11 berhasil mendaratkan manusia pertama, Neil Armstrong, di permukaan Bulan. Ini adalah tonggak bersejarah dalam eksplorasi Bulan dan sejarah manusia secara keseluruhan. Selama misi Apollo, total 12 astronaut menginjakkan kaki di Bulan antara tahun 1969 dan 1972.

        Misi Apollo tidak hanya memberi kita pemahaman yang lebih baik tentang Bulan, tetapi juga mengumpulkan sampel batuan yang menjadi saksi sejarah pembentukan Bulan. Analisis terhadap sampel-sampel ini mengungkapkan bahwa Bulan memiliki komposisi yang mirip dengan Bumi. Temuan ini mendukung teori Giant Impact tentang asal-usul Bulan, yang menyatakan bahwa Bulan terbentuk dari tubrukan antara Bumi dengan objek yang disebut Theia.

        Selain misi Apollo, ada pula misi eksplorasi Bulan lainnya seperti misi Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) yang diluncurkan oleh NASA pada tahun 2009. Misi ini bertujuan untuk memetakan permukaan Bulan dengan lebih rinci, mencari sumber air beku, dan mengumpulkan data ilmiah yang lebih mendalam.

        Selain itu, beberapa negara seperti India, China, dan Jepang juga telah meluncurkan misi eksplorasi Bulan mereka sendiri. Misalnya, misi Chandrayaan-1 oleh India berhasil menemukan air beku di kutub Bulan pada tahun 2008.

        Dengan adanya penemuan dan eksplorasi Bulan ini, kita telah memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang asal-usul Bulan, struktur permukaannya, dan potensi sumber daya alam yang ada di sana. Eksplorasi Bulan juga menjadi langkah awal dalam menjelajahi dan memahami alam semesta yang lebih luas.

        Sekarang, dengan teknologi yang terus berkembang, kita dapat melihat masa depan yang menjanjikan dalam eksplorasi Bulan. Rencana untuk kembali ke Bulan dan bahkan membangun pangkalan di sana telah diajukan oleh berbagai negara dan organisasi. Eksplorasi Bulan akan terus menjadi area penelitian yang menarik dan penting dalam upaya manusia untuk memperluas pengetahuan kita tentang alam semesta.

Referensi 

  • https://www.britannica.com/list/where-did-the-moon-come-from
  • Nadiah Thayyarah, Buku Pintar sains dalam Al Quran, Penerbit Zaman, 2014  
A mom of "Triple-A", enthusiastic for sharing knowledge, feeling, and a passion to create in the Dark Side Office

Post a Comment

Silahkan tambahkan komentar sesuai dengan topik, komentar yang disertai link akan dihapus.Terimakasih
Post a Comment
© Fatshaf Moonlight. All rights reserved. Developed by Jago Desain